PENGGUNAAN INDEKS HAYATI UNTUK MENGEVALUASI KUALITAS SUATU PERAIRAN

PENGGUNAAN INDEKS HAYATI UNTUK MENGEVALUASI

KUALITAS SUATU PERAIRAN

BETZY VICTOR TEL

090302053 / MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM PLANKTONOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Organisme perairan pada tingkat (tropic) pertama berfungsi sebagai produsen/penyedia energi disebut sebagai plankton. Defenisi umum menyatakan bahwa yang dimaksud dengan plankton adalah suatu golongan jasad hidup akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan/mengikuti arus.

(Wibisono, 2005).

Berdasarkan jenisnya maka plankton dibagi dua golongan, yaitu: fitoplankton: tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan serta mampu berfotosintesis. Zooplankton: hewan yang bebas melayang dan hanyut dalam perairan (http://seputarberita.blogspot.com, 2010).

Menurut catatan sejarah, tampaknya sudah sejak zaman Mesir purba penduduk setempat mempunyai kebiasaan untuk mencampur adonan tepung roti dengan air genangan dari limpasan sungai Nil yang mengandung banyak Chlorella pyrenoidosa agar roti yang dibuat terasa lebih lezat. Tanpa disadari bahwa dengan mengkonsumsi roti tersebut badan mereka menjadi lebih sehat dan kuat yang ternyata disebabkan plankton jenis tersebut mempunyai kandungan jenis vitamin terbanyak. Semula di Negara Jepang dan Taiwan memproduksi tepung dari alga jenis tersebut dan dipasarkan dalam bentuk tablet berwarna hijau tua sebagai substansi suplemen bagi kesehatan manusia dengan harga yang terjangkau (Wibisono, 2005).

Keanekaragaman spesies merupakan karakteristik yang unik dari tingkat komunitas dalam organisasi biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah (Barus, 2004).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengevaluasi kualitas suatu perairan dengan penggunaan indeks hayati.

Kegunaan Percobaan

Adapun kegunaan dari percobaan adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Planktonologi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Plankton

Plankton adalah kelompok ketiga dari organisme laut. Organisme ini biasanya kecil dengan kekuatan sangat lemah atau terbatas gerak dan digerakkan terutama oleh arus laut. Dapat berupa plankton hewan (zooplankton) atau tumbuhan (fitoplankton) (Ross, 1982).

Pada dasarnya studi mengenai ekosistem perairan merupakan kajian tentang struktur dan fungsi biota dalam ekosistem perairan bersangkutan. Hal ini berarti keberadaan plankton tidak bisa dipisahkan dengan masalah kualitas perairannya sebagai tempat hidup mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peranan plankton dalam ekosistem perairan merupakan cerminan tingkat produktivitas perairan, mengingat peranan plankton juga merupakan salah satu faktor daya dukung lingkungan. Selain itu, plankton juga dapat dijadikan indikator jenis untuk menentukan kondisi perairan bersangkutan dalam keadaan bersih atau tercemar (Wibisono, 2005).

Plankton biasanya dikategorikan berdasarkan ukuran mereka. Pikoplankton dalam ukuran kurang dari 2 mikron. Pikoplankton terdiri dari fitoplankton, zooplankton uniseluler, dan bakterioplankton. Besarnya keragaman dari kelompok organisme yang baru mulai terungkap. Nanoplankton dalam ukuran adalah 2-20 mikron. Nanoplankton dan pikoplankton merupakan plankton yang mendominasi lingkungan terbuka. Mikroplankton atau netplankton, berkisar antara 20-200 mikron. Mikroplankton ini telah diteliti dengan baik selama bertahun-tahun karena relatif mudah untuk menangkap dan organisme ini berkonsentrasi menggunakan jaring plankton yang terbuat dari fine mesh yang dapat diseret melalui air. Makroplankton adalah berukuran 200 mikron sampai 2 mm dan juga dapat ditangkap dengan menggunakan jaring plankton.

(Sverdrup and Armbrust, 2008).

Berdasarkan ukurannya maka plankton dibagi 5 golongan, yaitu: Megaplankton adalah organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2 mm. Makroplankton adalah organisme planktonik ynag besarnya 0,2-2 mm. Mikroplankton adalah organisme planktonik yang ukurannya 20 mikrometer sampai 0,2 mm. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil 2-20 mikrometer. Ultraplankton adalah organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 mikrometer. Golongan plankton di atas (mega, makro, mikro) biasanya tertangkap dengan jaring-jaring plankton baku (standard). Dua golongan plankton (nano, ultra) hanya diperoleh dengan menggunakan suatu sentrifusa atau dengan menyaring air melalui alat penyaring yang sangat kecil pori-porinya seperti milipore (http://seputarberita.blogspot.com, 2010).

Selain itu berdasarkan siklus hidupnya dikenal holoplankton, yaitu plankton yang seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton, yaitu plankton yang hanya sebagian dari siklus hidupnya yang bersifat planktonik. Sebenarnya plankton juga mempunyai alat gerak (misalnya flagellata dan ciliata) sehingga secara terbatas plankton akan melakukan gerakan-gerakan, tetapi gerakan tersebut tidak cukup untuk mengimbangi gerakan air di sekelilingnya, sehingga dikatakan bahwa gerakan plankton sangat dipengaruhi oleh gerakan air (Barus, 2004).

1. Fitoplankton

Fitoplankton adalah organisme mikroskopis (algae) yang bebas melayang mengikuti gerakan air. Terdapat beberapa macam fitoplankton yang meliputi berbagai ragam ukuran dan bentuk, akan tetapi dalam proses pengambilan contoh, ukuranlah yang perlu diperhatikan dalam rangka pemilihan ukuran mata jaring plankton yang akan digunakan sebagai alat pengambilan contoh (http://seputarberita.blogspot.com, 2010).

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya yang membentuk rantai makanan (Barus, 2004).

Menurut Wibisono (2005), fitoplankton yang berfungsi sebagai produsen awal ini merupakan umpan (prey) bagi organisme pada tingkat trofik kedua, yakni zooplankton (plankton hewani), sehingga kedudukan zooplankton bisa disebut sebagai konsumer pertama atau produsen kedua.

Fitoplankton menggunakan energi solar untuk menghasilkan oksigen dan makanan organik yang sebagian besar bahan bakar sisa hidup di laut. Fitoplankton membentuk jaring makanan yang paling dasar. Cyanobacteria adalah satu-satunya anggota dari fitoplankton bakteri tersebut. Semua fitoplankton lainnya eukariotik (Sverdrup and Armbrust, 2008).

Fitoplankton mungkin bentuk individu yang paling penting dari kehidupan di laut. Organisme ini, yang oleh fotosintesis mengubah air dan karbon dioksida menjadi bahan organik, adalah dasar dari rantai makanan laut. Distribusi dan pola pertumbuhan fitoplankton (sebagai tumbuhan mereka harus tinggal di zona eufotik) menunjukkan variasi vertikal dan musiman (Ross, 1982).

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton  di suatu perairan lotik adalah kecepatan arus air. Secara umum kepadatan fitoplankton akan berkurang drastis pada kecepatan arus yang lebih besar dari 1 m/detik. Selain itu kekeruhan air juga sangat mempengaruhi keberadaan fitoplankton (Barus, 2004).

Peranan fitoplankton dalam ekosistem perairan marin demikian penting, yakni selain sebagai penyedia energi, beberapa jenis di antaranya Gymnodinium mikroadriaticum (Dinoflagellata/Pyrrophyta) membentuk simbiont sebagai zoox (zooxanthelae) yang mampu bersimbiosis dengan hewan koral (Coelenterata). Zoox inilah yang memberi warna-warni exotic pada koral hidup. Peranan lain dalam ekosistem perairan marin adalah pada kasus-kasus kematian ikan/udang secara mendadak dalam jumlah besar di tambak-tambak di wilayah pantai, tidak bisa dijawab dengan hanya analisis fis-kim kualitas air semata ( Wibisono, 2005).

Parameter pertumbuhan fitoplankton yaitu :

a. Suhu

Suhu optimal kultur fitoplankton secara umum antara 20-240C. Hampir semua fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-360C. Suhu di bawah 160C dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 360C dapat menyebabkan kematian pada jenis tertentu.

b.  Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan.

c.  Nutrien

Nutrien dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti amonia, nitrit, dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat.

d.  pH

Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan nutrien, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga antara 7,5-8,5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8.

e.  Salinitas

Hampir semua jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar, yaitu 15-6 ppt sedangkan optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt.

f.  Karbondioksida

Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2% biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari batas optimum.

(http://zonaikan.wordpress.com, 2010).

Menurut http://id.shvoong.com, 2010, potensi fitoplankton untuk menyerap emisi karbondioksida di atmosfer dalam upaya mengurangi isu global. Isu lingkungan yang menjadi permasalahan internasional saat ini adalah pemanasan global (global warming). Pemanasan global disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer, Di dalam lautan terdapat berbagai organisme laut yang dapat menyerap CO2. Organisme laut yang dapat menyerap emisi CO2 di antaranya adalah fitoplankton. Bacillariophyceae merupakan kelas fitoplankton yang mendominasi di suatu perairan. Indonesia mempunyai lautan yang luasnya mencapai 5,8 juta km2 sehingga keberadaan Bacillariophyceae di perairan Indonesia melimpah dan berpotensi besar untuk menyerap emisi CO2.

2. Zooplankton

Zooplankton adalah heterotrof dan mereka mengkonsumsi organisme lain. Beberapa pakan hampir secara eksklusif pada fitoplankton dan zooplankton herbivora. Lainnya pakan pada anggota lain zooplankton dan karnivora. Zooplankton uniselular atau protozoa tumbuh dengan cepat, kadang-kadang secepat fitoplankton karena mereka juga berkembang biak dengan pembelahan sel (Sverdrup and Armbrust, 2008).

Kelompok zooplankton yang banyak terdapat di ekosistem air adalah dari jenis Crustaceae (Copepoda dan Cladocera) serta Rotifera. Rotifera umumnya mempunyai ukuran tubuh yang terkecil, ditandai dengan terdapatnya organ cyliatoris yang disebut corona pada bagian anterior tubuh. Cladocera mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Rotifera dan dapat mencapai ukuran maksimal 1-2 mm, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang pada sampel air. Copepoda juga merupakan kelompo zooplankton yang mempunyai ukuran tubuh yang mirip dengan Cladocera (Barus, 2004).

Pada plankton hewani (zooplankton), kelimpahan marga Copepoda (misalnya: Calanus sp., Eucalanus sp.), dan jenis-jenis lain dari marga Rotatoria serta Chaetognata dijadikan patokan untuk menilai produktivitas perairan mengingat kelompok zooplankton tersebut mampu berperan dalam penyediaan energi bagi perikanan. Peranan lain dari zooplankton adalah dapat mempengaruhi daya tahan tubuh beberapa hewan laut besar seperti zooplankton jenis Euphasia superba (marga Euphasida) yang dilaporkan mengandung substansi mirip antibiotik bakteri Gram Positif (+) yang merupakan menu utama bagi burung-burung pinguin yang hidup di kutub selatan (Antartika) sehingga pinguin terhindar dari kemungkinan infeksi bakteri Gram (+) (Wibisono, 2005).

Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik, oleh karena itu mereka harus mendapat tambahan-tambahan organik dari makanannya. Hal ini dapat mereka peroleh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zooplankton yang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara langsung, sedangkan golongan yang karnivora memanfaatkan yang tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang lain (http://seputarberita.blogspot.com, 2010).

Sebagian besar zooplanktn adalah organisme multiseluler kecil. Mereka memakan fitoplankton dan partikel organik lain tersuspensi dan mereka umumnya memiliki adaptasi yang menyebabkan pergerakan air dan makanan mereka dari penyaringan air (Stowe, 1987).

Pengaruh kecepatan arus terhadap zooplankton jauh lebih kuat dibandingkan pada fitoplankton. Oleh karena itu umumnya zooplankton banyak ditemukan pada perairan yang mempunyai kecepatan arus yang rendah serta kekeruhan air yang sedikit. Di samping itu temperatur yang relatif hangat mendukung keberadaan fitoplankton (Barus, 2004).

Di laut terbuka banyak zooplankton yang dapat melakukan gerakan turun naik secara berkala atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam hari zooplankton naik ke atas menuju permukaan sedangkan pada siang hari turun ke lapisan bawah. Penelitian yang pernah dilakukan di laut Banda membuktikan pula adanya kenyataan itu. Pada siang hari zooplankton menghindari sinar surya yang terlampau kuat di permukaan dan karenanya mereka menyusup ke perairan yang lebih dalam, baru pada malam hari mereka kembali ke atas (http://seputarberita.blogspot.com, 2010).

Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh yang bervariasi, maka terdapat berbagai tipe makan zooplankton dalam memanfaatkan materi organik tersebut (Barus, 2004).

Perairan

Pengertian “air” adalah semua air yang terdapat pada, di atas, maupun di bawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat (Sunaryo, dkk., 2005).

Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off-shore water) dan perairan laut (sea water). Dari ketiga bagian ekosistem air tersebut, perairan laut merupakan bagian yang terbesar (Barus, 2004).

Jumlah air di bumi relatif tetap, yakni sebesar + 1,4 miliar km3. Hampir 97,5% air di dunia dalam keadaan asin. Bila dianggap permukan bumi ini seragam (tanpa lembah dan gunung), maka jumlah air sebesar itu akan menutup rata seluruh permukaan bumi sedalam 2,6 km. Dari jumlah sebesar itu, hanya 2,5% air di dunia yang bersifat tawar. Sekitar 1,7% tersimpan dalam bentuk es, terutama sekali di daerah kutub, sedangkan 0,1% berada di atmosfer sebagai uap air (Sunaryo, dkk., 2005).

Air merupakan pelarut yang paling baik dan berperan penting dalam segala bentuk reaksi kimia dan biologis. Air terdapat dalam berbagai bentuk seperti bentuk padat, cair, dan gas. Molekul air terdiri dari atom hidrogen dan atom oksigen yang membentuk ikatan dipol dan mempunyai gaya tarik-menarik yang sangat kuat. Adapun rumus molekul air adalah H2O dengan berat molekul sebesar 18,01 (Barus, 2004).

Pencemaran air merupakan persoalan khas yang terjadi di sungai-sungai dan badan-badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air terutama disebabkan aktivitas manusia dan dipicu secara kuadratika oleh pertumbuhan penduduk. Pencemaran air ada sungai dan badan air lain yang berada di kawasan perkotaan, terutama disebabkan oleh sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri rumah tangga (Sunaryo, dkk., 2005).

Kualitas air dituntut memenuhi syarat pemanfaatan dan selalu terjaga dari pencemaran-pencemaran yang akan menambah sulit dan mahalnya pengolahan untuk memenuhi syarat-syarat kualitas yang diinginkan (Mulyanto, 2007).

Sumber penyebab masalah kuantitas air di perkirakan karena kritisnya daerah aliran sungai (DAS) oleh penggundulan hutan dan pengolahan air yang ada masih kurang efisien, antara lain disebabkan pemakaian air yang berlebihan. Sumber penyebab masalah kualitas air pada hakekatnya oleh empat hal pokok yakni:

a. Pencemaran oleh buangan/limbah pemukiman maupun limbah industri yang tidak terkontrol;

b.  Tingginya kekeruhan air oleh adanya erosi tanah karena deforestasi;

c.  Kurangnya kesadaran masyarakat tentang air; dan

d.  Perundang-undangan atau peraturan mengenai masalah air serta upaya menegakkan peraturan (law-enforcement) yang belum memadai

(Amsyari, 1996).

Pencemar-pencemar yang mempengaruhi sifat-sifat fisis air dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya dapat langsung membahayakan kesehatan seperti pencemar-pencemar biologis dan mikrobiologis, fluoride, pestisida, dan pencemar dari limbah industri yang bersifat racun. Warna, rasa, kekeruhan, dan bau dapat menyebabkan para pemakai enggan memanfaatkan SDA itu beralih ke SDA lain yang nampaknya lebih baik tetapi belum tentu aman. Tingkat keasaman atau acidity dan kebasaan atau alkalinity yang tinggi dapat pula merugikan manusia, binatang, maupun tanaman ( Mulyanto, 2007).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Planktonologi, Fakultas Pertanian USU, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl, mulai tanggal 06 Maret 2010  dan selesai pada tanggal 24 April 2010.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan yaitu air kolam sebagai media pengamatan, aquadest sebagai bahan yang diisikan pada handsprayer, dan lugol 4% sebagai pengawet sampel air.

Adapun alat yang digunakan yaitu plankton net sebagai alat untuk menangkap plankton, ember sebagai alat untuk menimba air sampel, handsprayer sebagai alat untuk menyemprot plankton net, pipet tetes sebagai alat untuk menetesi lugol ke sampel air dan untuk menetesi sampel air ke object glass, botol sampel sebagai alat tempat menuangkan sampel air, object glass/deck glass sebagai alat tempat menetesi sampel yang akan diamati, mikroskop sebagai alat untuk mengamati sampel, buku gambar sebagai tempat untuk menggambar hasil pengamatan, kalkulator sebagai alat untuk menghitung indeks hayati spesies, dan alat tulis lainnya yang diperlukan selama praktikum.

Metode Percobaan

Perhitungan keanekaragaman umumnya dilakukan dengan menggunakan Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H) sebagai berikut :

H = – ∑ pi ln pi

Keterangan:

pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis ().

Indeks pencemaran dibagi atas empat kategori:

> 2,0             = Tidak Tercemar

2,0 – 1,6       = Tercemar Ringan

1,5 – 1,0       = Tercemar Sedang

< 1,0             = Tercemar Berat

Prosedur Percobaan

a.  Sediakan air kolam, air sungai, air danau, dan air selokan sebanyak 50 L.

b.  Masukkan air tadi ke dalam plankton net dan semprotkan dengan handsprayer berisi aquadest.

c.  Ambil sampel sebanyak 50 mL.

d.  Tambahkan 3-4 tetes lugol 4%.

e.  Ambil kembali sebanyak 1 tetes (dari 1 mL) dan teteskan pada object glass, kemudian tutup dengan deck glass.

f.  Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x dan 40 x.

g.  Hitung indeks hayati dengan rumus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun spesies-spesies plankton yang di dapati ketika pengamatan di bawah mikroskop yaitu Mougeotia sp. dan Synedra sp.

Tabel Perhitungan Indeks Hayati

No Jenis Jumlah spesies/tetes Jumlah spesies/mL
1 Mougeotia sp. 1 20
2 Synedra sp. 5 100
∑ = 120

Keterangan : 1 mL = 20 tetes

H = – ∑ pi ln pi

H = – ( ln ) + ( ln)

H = – (-0,299) + (-0,152)

H = – (-0,451)

H = 0,451

Indeks pencemaran : Tercemar Berat.

Pembahasan

Penyebab pencemaran di suatu perairan adalah karena ketersediaan nutrisi di suatu perairan yang berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan yang akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton, dan proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan kualitas perairan. Selain itu,  juga aktivitas manusia yang membuang limbah pemukiman di perairan sehingga menurunkan kualitas air tersebut.

Hal ini sesuai dengan literatur Sunaryo, dkk (2005) yang menyatakan bahwa pencemaran air merupakan persoalan khas yang terjadi di sungai-sungai dan badan-badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air terutama disebabkan aktivitas manusia dan dipicu secara kuadratika oleh pertumbuhan penduduk. Pencemaran air ada sungai dan badan air lain yang berada di kawasan perkotaan, terutama disebabkan oleh sektor domestik, berupa limbah cair dari rumah tangga dan industri rumah tangga.

Suatu perairan yang tercemar berat memiliki keanekaragaman plankton yang rendah, diakibatkan karena banyaknya senyawa-senyawa organik dan senyawa anorganik  di perairan tersebut, sehingga hanya spesies-spesies tertentu yang mampu mentolerir keadaan tersebut yang mampu bertahan.

Adapun pembaguian spesies plankton yang ditemukan yaitu:

1. Jenis                  :      Fitoplankton

2. Klasifikasi

Kingdom           :      Protista

Divisio               :      Chlorophyta

Kelas                 :      Chlorophyceae

Ordo                  :      Zygnematales

Family               :      Zygnemataceae

Genus                :      Mougeotia

Spesies              :      Mougeotia sp.

3.  Kehidupan        :      Di air tawar dan payau. Berkembang biak secara aseksual yaitu dengan konjugasi silang yaitu perkawinan antara dua protoplas yang tanpa saluran konjugasi.

4.  Ukuran              :      12,5 – 19 µm.

1.  Jenis                  :      Fitoplankton

2.  Klasifikasi

Kingdom           :      Protista

Divisio               :      Bacillariophyta

Kelas                 :      Bacillariophyceae

Ordo                  :      Pennales

Family               :      Diatomaceae

Genus                :      Synedra

Spesies              :      Synedra sp.

3.  Kehidupan        :      Di air tawar dan air laut. Berkembang biak secara vegetatif yaitu dengan cara membelah sel dan fragmentasi, dan secara generatif yaitu dengan cara membentuk spora.

4.  Ukuran              :      10 – 30 µm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan plankton di perairan adalah :

a. Suhu

Suhu optimal kultur fitoplankton secara umum antara 20-240C. Hampir semua fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-360C. Suhu di bawah 160C dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 360C dapat menyebabkan kematian pada jenis tertentu.

b.  Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan.

c.  Nutrien

Nutrien dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti amonia, nitrit, dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat.

d.  pH

Variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan nutrien, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga antara 7,5-8,5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8.

e.  Salinitas

Hampir semua jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapat tumbuh optimal pada salinitas sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar, yaitu 15-6 ppt sedangkan optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt.

f.  Karbondioksida

Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2% biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan pH kurang dari batas optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, F, 1996. Membangun Lingkungan Sehat: Menyambut 50 Tahun Indonesia. Edisi Pertama. Airlangga University Press, Surabaya.

Barus, T.A, 2004. Pengantar Limnologi: Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press, Medan.

http://id.shvoong.com, 2010. Peran Fitoplankton Dalam Mengurangi Efek Rumah Kaca, diakses pada tanggal 03 Mei 2010.

http://seputarberita.blogspot.com, 2010. Definisi Plankton dan Ukurannya, diakses pada tanggal 03 Mei 2010.

http://seputarberita.blogspot.com, 2010. Zooplankton, diakses pada tanggal 03 Mei 2010.

http://zonaikan.wordpress.com, 2010. Parameter Pertumbuhan Fitoplankton, diakses pada tanggal 03 Mei 2010.

Mulyanto, H.R, 2007. Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ross, D.A, 1982. Text Book of: Introduction Oceanography. Third Edition. Prentice-Hall, Inc., USA.

Stowe, K, 1987. Text Book of: Essentials of Ocean Science. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Sunaryo, T.M., T. Waluyo, dan A. Harnanto, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air: Konsep dan Penerapannya. Edisi Pertama. Bayumedia Publishing, Malang.

Sverdrup, K.A., and E.V. Armbrust, 2008. Text Book of: An Introduction to the World’s Oceans. Ninth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Wibisono, M.S, 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo, Jakarta.

Sang Juara IMB 2010

KlantinkPutri AyuKelompok pengamen jalanan asal Surabaya, Klantink, akhirnya keluar sebagai juara Indonesia Mencari Bakat (IMB) Trans TV. Dalam pentas live Grand Final tadi malam, (Minggu 14/10), Klantink yang terdiri lima pemuda meraup perolehan SMS (pesan pendek melalui telepon seluler) dukungan dari pemirsa TV, dengan kemenangan tipis atas rivalnya, Putri Ayu asal Medan.

 

Dari 1.524.830 SMS dukungan yang masuk bagi keduanya, Klantink memperoleh 50,03 persen, sedangkan Putri Ayu memperoleh 49,97 persen, atau cuma selisih 0,06 persen. Grand final tersebut mengakhiri hampir delapan bulan penyelenggaraan Indonesia Mencari Bakat Trans TV yang diikuti 14 kontestan.

Kemenangan Klantink, sebelumnya diawali kasak-kusuk bahwa Klantink sudah di-setting untuk menjadi juara Indonesia Mencari Bakat (IMB), meski hal tersebut dibantah oleh Head of Marketing Public Relations Trans TV, Hadiansyah Lubis.

Berlaga di hadapan dewan juri yang terdiri Addie MS, Tantowi Yahya, Sarah Sechan, Rianti Cartwright dan Titi Sjuman, Putri Ayu mengawali unjuk kebolehannya dengan sebuah lagu seriosa.

Dara berusia 13 tahun yang selama IMB diasah oleh pelatih Mbak Berta dan Christopher Abimanyu, mampu memesona dan membangkitkan emosi awal penonton di studio, yang ditunjukkan oleh histeria teriakan-teriakan dukungan. Christopher Abimanyu yang diminta komentarnya soal Putri Ayu, sempat mengatakan perkembangan Putri Ayu selama diasah di IMB memang luar biasa.

Sementara Klantink mengawali unjuk bakatnya dengan lagu berjudul Lagu Jalanan, yang merupakan identitas yang mereka usung ketika berangkat mengikuti seleksi hingga grand final IMB.

Tak kalah dengan Putri Ayu, Klantink juga menarik perhatian dewan juri juga penonton. Dasi merah jambu yang mereka kenakan, meski mereka adalah laki-laki, berulangkali disinggung oleh dewan juri sebagai warna yang lucu. Malam puncak final IMB tadi malam juga diramaikan sejumlah artis senior.

Dua penyanyi populer, Titi DJ dan Ruth Sahanaya mendampingi Putri Ayu dalam unjuk suara. Para kontestan IMB yang telah gugur juga kembali muncul untuk turut meramaikan final, seperti Hudson, Rumingkang, Brandon, dan Funky Papua.

Histeria penonton bukan cuma di dalam studio. Malam final tadi malam memang digelar sedikit berbeda dengan biasanya, yaitu adanya sudio luar (outdoor) yang juga dipadati penonton. Mereka ini juga meneriakkan histerianhya untuk mendukung dua finalis yang beradu di dalam studio.

Sebagaimana pernah dikatakan pakar antropologi media Undip Semarang, Dr Agus Maladi Irianto MA, peran MC tadi malam memang mampu membangkitkan emosi penonton untuk mengirim SMS, untuk mendukung finalis. Sekitar pukul 23.00, barulah diumumkan juara IMB berdasarkan perolehan dukungan dari SMS pemirsa di seluruh tanah air.

Rp 200 juta dan mobil
Atas kemenangannya itu, Klantink mendapatkan hadiah uang Rp 200 juta dan sebuah mobil Suzuki Splash. Sedangkan runner up Putri Ayu memperoleh hadiah uang Rp 150 juta.

Dua menteri turut hadir dalam acara tersebut, yaitu Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar. Keduanya menyerahkan hadiah kepada para juara berupa cek dan duplikat kunci kontak mobil hadiah.

Ada satu pesan disampaikan juri Adie MS kepada Putri Ayu, yaitu bukan masalah menjadi juara IMB atau tidak. Namun yang penting adalah, bagaimana kelanjutan karier nanti setelah mengikuti ajang IMB.

Sebuah pertanyaan yang agaknya bukan cuma ditujukan kepada Putri Ayu, tetapi juga kepada kontestan lain, dan mungkin juga berlaku bagi semua peserta kontes adu bakat sejenis.

ORGANISME EKOSISTEM PERAIRAN

Organisme Ekosistem Perairan

1.Berdasarkan posisi rantai makanan :

a.Autotrof (produsen) : tumbuhan hijau dan mikroorganisme kemosintetik.

b.Heterotrof (konsumen) : herbivora, predator, dan parasit.

c.Destruenten : pengurai (kelompok mikroorganisme)

 

2.Berdasarkan bentuk kehidupan, habitat, dan kebiasaan hidup :

a.Plankton

b.Benthos

c.Nekton

d.Neuston : mikroorganisme yang hidup pada permukaan suatu perairan (algae, bakteri, protozoa).

e.Pagon : orgenisme air yang mampu hidup dalam kondisi perairan yang membeku.